Friday, September 5, 2014

Kebersamaan di LONG DUHUNG

Pada tulisan kali ini, Gwen akan menceritakan pengalaman pertama saat berkunjung ke Desa Long Duhung.
Sekarang ini Gwen bekerja di salah satu lembaga konservasi yang terletak di Tj. Redeb - Berau.
Gwen adalah orang Finance yang notabene kerjanya selalu dikantor, terkadang iri sich sama orang-orang program, karena mereka sering sekali travel untuk mengunjungi desa-desa atau kawasan-kawasan konservasi dengan tujuan yang bervariasi, guna mengimplementasikan dan mencapai Work plan yang telah dibuat dan disusun oleh organisasi.

Kebetulan sekali gwen mendengar bahwa Community team akan mengadakan kegiatan fasilitasi Public speaking bagi masyarakat di Long Duhung dengan tema "Semangat Bercerita". Wah saat mendengar kegiatan itu, gwen langsung berpikir, bagaimana caranya supaya bisa ikut ke kampung Duhung. Akhirnya dengan percaya diri, hehehehehe PD ni ye..... gwen mengirimkan email ke community team, bahwa gwen juga ingin melakukan kegiatan fasilitasi bagi anak-anak Duhung, yang kebetulan bertepatan dengan Hari Anak Nasional (HAN). Akhirnya mulailah mempersiapkan kerangka acuan kegiatan tsb, latar belakang, tujuan, output yang diharapkan dan budget kegiatan. Singkat kata kegiatan HAN tsb di setujui, dan akan berjalan berdampingan dengan kegiatan Semangat Bercerita.

Jumat, 18 July 2014 tengah hari, mobil kami meluncur meninggalkan Tj. Redeb menuju Desa Long Duhung, perjalanan di tempuh kurang lebih 2 jam. Pertama kali menginjakan kaki di kampung Long Duhung, saya langsung teringat akan kampung mama saya yang terletak di provinsi Kalimantan Selatan, kampung kecil yang masih di kelilingi oleh hutan lebat, dan sangat asri. Begitulah keadaan kampung Duhung, masih dikelilingi oleh hutan dan sungai.

Sore itu Gwen, bersama dengan tim mandi di sungai kecil yang sangat bagusss.... (small waterfall). airnya sangat dingin dan sejuk. Wah ternyata asyik sekali menikmati sore di Duhung, sejauh mata memandang hanya hamparan pegunungan hijau yang terlihat, sangat asri dan damai rasanya. Karena di Duhung, belum ada signal, kami semua benar-benar rehat dari namanya dunia per-gadget-an, dan hanya menikmati suasana malam di kampung berbaur melebur bersama dengan warga, bercengkrama dalam balutan diskusi ringan, di temani oleh bunyi jangkrik dan suara alam lainnya.
Bahkan bagi mbak Tutut yang telah lama mendampingi Duhung, mengatakan bahwa "ketika saya datang ke Duhung, saya merasa seperti pulang kampung, karena disini kami telah dianggap sebagai keluarga yang selalu disambut, diterima dengan hangat dan tangan terbuka". Dan hal itu benar adanya karena gwen melihat suasana kebersamaan yang terbangun bak sebuah keluarga besar yang sedang berkumpul. Jadi ini bukan sekedar tentang pekerjaan semata, tetapi ikatan emosional juga sudah terjalin antara pendamping dan warga. 


Sabtu, 19 July 2014, Acara lomba public speaking pun di mulai. Kegiatan yang dikemas dalam  Semangat Bercerita adalah bentuk dari percakapan naratif, dimana warga belajar untuk memahami bagian-bagian penting dari kehidupan mereka di kampung, baik sosial, budaya, alam, manusia dan pembangunan. Percakapan naratif merupakan salah satu landasan dalam  pendekatan Asset Based Community Development (ABCD) atau pendekatan yang berbasis pada aset/potensi yang dipakai dalam mengembangkan Kampung SIGAP REDD+.
Para Pemenang Lomba bersama fasilitator
Warga yang berpartisipasi dalam kegiatan ini ada 38 orang, setiap warga mendapatkan tema khusus yang berbeda untuk diceritakan. Ada yang bercerita tentang kebiasaan masyarakat piknik ke hutan, bagaimana cara memanjat dan mengambil madu, apa saja upaya untuk melindungi wungun, menceritakan kampung Duhung yang menjadi salah satu contoh kampung Sigap Redd+, bercerita tentang bentuk kerjasama warga dan HPH, dan masih banyak lainnya.

Seperti yang diketahui bahwa masyarakat Duhung berasal dari suku Dayak Punan, namun mereka lebih suka disebut sebagai Dayak Mapnan yang kebanyakan warganya masih sangat pemalu dan susah berbicara dengan orang asing. Sehingga lomba pelatihan ini diadakan, salah satu tujuannya adalah agar warga Duhung kedepannya dapat dengan berani dan bangga menceritakan kepada pendatang tentang Desa mereka. 



Origami Session
Minggu, 20 July 2014, adalah hari dimana saya berinteraksi dengan anak-anak warga Duhung. Gwen memfasilitasi kegiatan tersebut, dengan bernyanyi bersama, kemudian bermain dengan kertas origami, mewarnai dan menggambar, serta mendongeng tentang bagaimana kita harus bersahabat dan mencintai hutan, alam beserta isinya. Anak-anak di Duhung sangat antusias, dan semangat mereka tetap terjaga dan tidak turun dari awal hingga akhir. Kegiatan ini sangat berkesan bagi saya, karena ini adalah pengalaman pertamaku berbagi dengan anak-anak. Saat gwen melihat tawa mereka, sorak kegembiraan mereka, perhatian mereka, sanubari ini tersentuhhhhh ^_^. Ekspresi setiap anak-anak itu terekam jelas di memory ini, dan terlihat bahwa mereka sangat senang dan menikmati acara tsb. Anak-anak seperti menemukan oase di padang gurun, melalui kegiatan tsb mereka dapat menuangkan ide kreatifnya saat berkreasi dengan origami ataupun dengan coretan gambar mereka. Kegiatan bermain sambil belajar ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat positif bagi anak, karena di saat yang bersamaan pesan moral yang kita sampaikan akan sangat mudah diterima dan di rekam dalam otak mereka.
Love the Kids Expression 

Tim Pendamping : Gwen, Wandi, Maria, Tutut, Tomy
Kebersamaan kami sebagai Tim pun sangat solid, dimana kami berbagi makanan yang sama, tempat tidur yang sama, kami berdiskusi sepanjang malam bersama dalam menyiapkan materi dan bahan lainnya, dan ada canda-tawa disana. Bayangkan kami terikat bersama dalam waktu +/- 60 jam, sangat singkat namun juga sangat bermakna. I really love these community team, thank you for Mas Tomy, Wandi and mbak Tutut, yang sudah mengijinkan saya untuk bergabung bersama dengan tim kalian dalam kegiatan ini. Serta terima kasih gwen ucapkan kepada seluruh warga Long Duhung, yang telah menerima kami dengan kehangatannya seperti dalam sebuah keluarga.

Tiga hari yang sangat berkesan buat saya, di malam tanggal 20 July itu, kami meninggalkan kampung Duhung, di perjalanan pulang Gwen berpikir bahwa Kenangan kebersamaan di Duhung ini tidak akan terlupakan, karena setiap moment yang tercipta tidak mungkin akan bisa berulang kembali. Dan Kenangan tersebut akan selalu menjadi sebuah rema yang bisa di ceritakan kepada siapapun, bahwa pertemanan dan persahabatan itu membuat kita terikat bukan sebagai teman atau rekan kerja tapi menjadi sebuah keluarga.